Menu

Mode Gelap
Dukung Asta Cita Presiden Prabowo, Kementerian PU Lanjutkan Pembangunan Bendungan Karangnoko Bojonegoro- TNI Kembali Lumpuhkan 3 Anggota OPM di Kabupaten Puncak Gubernur Riau Resmikan Institut Islam Internasional Basma, Cetak Generasi Unggul Gubernur Riau Siapkan BOSDA Madrasah dan Luncurkan Program Satu Rumah Satu Sarjana Sejarah, Pemanasan Piala Dunia U-17 Digelar di Sumut, Bobby Nasution: Pembuktian Sumut Bisa Gelar Laga Internasional TNI AL Tangkap Dua Kapal Bermuatan Skincare dan Obat Ayam Ilegal Asal Filipina di Perairan Sangihe

Opini dan Artikel

Membuat Ucapanmu Melekat Diingatan Orang, Ini Caranya

badge-check


					Dok. Kompasiana Perbesar

Dok. Kompasiana

RadarMerdeka.com – Ucapan yang baik tidak cukup hanya benar. Ia harus berbekas. Seorang guru berkata, “Belajarlah karena dunia ini kejam.” Murid-muridnya terdiam. Kalimat itu tidak indah. Tidak panjang.

Tapi menghantam kesadaran seperti palu godam. Tiga tahun kemudian, salah satu muridnya mengutip ulang kalimat itu saat menerima beasiswa kuliah.

Mengapa beberapa kalimat mampu bertahan dalam ingatan kita, sementara sebagian besar lainnya lenyap hanya dalam hitungan detik?

Menurut buku Made to Stick karya Chip Heath dan Dan Heath, kunci agar ucapan kita melekat di ingatan bukan terletak pada keindahan bahasa, tapi pada struktur pesan yang “berdaging”.

Sebuah pesan akan lengket di pikiran jika memenuhi prinsip: sederhana, tak terduga, konkret, kredibel, emosional, dan punya cerita.

Riset dalam bidang psikologi kognitif menunjukkan bahwa manusia mengingat informasi 22 kali lebih kuat jika dikemas dalam bentuk narasi atau analogi daripada jika hanya disampaikan sebagai data mentah.

Jadi bukan isi pesannya yang lemah, tapi cara penyampaiannya yang salah.

Berikut adalah tujuh cara membuat ucapanmu nempel di benak orang. Entah saat kamu berbicara di depan umum, ngobrol dengan tim, atau cuma memberi nasihat ke adikmu.

1 Bungkus ide besar dalam kalimat sederhana
Ucapan yang membekas selalu pendek. “Just do it” bukan penjelasan, tapi perintah yang padat. Chip Heath menyebut ini sebagai “simplicity with depth” alias kesederhanaan yang bermakna dalam. Orang hanya mengingat satu ide. Jadi buat kalimat yang bisa mereka ulang dengan mudah, bahkan saat gugup sekalipun.

2 Mulai dengan sesuatu yang tidak mereka duga
Ucapan seperti “Orang pintar itu jarang bahagia” membuat otak berhenti. Otak manusia terlatih untuk memperhatikan hal-hal yang tidak sesuai pola. Dalam Made to Stick, kejutan adalah cara untuk membuka celah perhatian. Setelah itu, barulah isi pesannya masuk.

3 Gunakan analogi dan cerita yang mudah divisualkan
Kalimat “Menunda pekerjaan itu seperti menyapu debu di bawah karpet” lebih membekas daripada “Jangan menunda pekerjaan.” Analogi membuat gagasan abstrak menjadi konkret. Dan konkret lebih tahan lama di pikiran daripada konsep abstrak.

Kalau kamu suka pembahasan seperti ini dan ingin terus belajar cara berpikir dan berbicara yang kuat namun elegan, berlanggananlah di logikafilsuf. Konten ini dibuat eksklusif untuk kamu yang haus makna, bukan hanya gaya.

4 Libatkan emosi, bukan hanya logika
Kalimat “Anakmu belajar bukan untuk nilai, tapi untuk bertahan hidup” membuat orang tua berpikir ulang. Dalam Talk Like TED, Carmine Gallo menjelaskan bahwa emosi adalah perekat memori. Semakin kuat kamu membuat orang merasakannya, semakin lama mereka akan mengingatnya.

5 Ucapkan dengan ritme dan jeda yang pas
Ucapan yang lengket bukan hanya tentang kata, tapi juga tempo. Dalam buku Thank You for Arguing, Jay Heinrichs menyebut kekuatan retoris dalam jeda. Diam sebentar setelah kalimat penting membuatnya terasa seperti kebenaran yang baru saja ditemukan.

6 Gunakan bahasa sehari-hari, bukan jargon
Ucapan yang melekat bukan yang terdengar pintar, tapi yang terasa akrab. Jangan pakai kata “inklusifitas nilai-nilai kolektif” jika maksudmu adalah “kita butuh saling jaga”. Ucapanmu akan lebih mudah diingat jika terasa seperti obrolan, bukan makalah ilmiah.

7.Akhiri dengan efek ‘mic drop’
Ucapan yang kuat selalu ditutup dengan kesimpulan yang bisa berdiri sendiri. Misalnya, “Kalau kamu tidak bicara, kamu setuju.” Atau, “Bukan waktumu yang kurang, tapi prioritasmu yang kabur.” Kalimat penutup ini seperti pintu yang ditutup dengan tegas dan membuat semua orang diam sejenak.

Ucapanmu bisa jadi peluru, pelukan, atau pemantik api. Semua tergantung bagaimana kamu merangkainya.

Kalau kamu merasa artikel ini membuka perspektif baru, bantu temanmu juga mendapat manfaatnya. Share tulisan ini dan tulis di komentar, kalimat apa yang pernah kamu dengar dan tidak pernah kamu lupa sampai hari ini. Siapa tahu, itu juga yang membuat hidupmu berubah.

sumber: LogikaFilsuf