Menu

Mode Gelap
Wisuda Sekolah Lansia 2025, Pemkab Kampar Dorong Lansia Tetap Aktif dan Produktif Wujudkan Kesejahteraan Lapas Bangkinang, Pemkab Kampar Hadiri Penandatanganan Kerjasama Pemda Kampar Lakukan Rapat Persiapan Tarkam Kemenpora Bupati dan Wabup Kampar Hadiri Rapat Paripurna Penandatanganan Nota Kesepakatan Rancangan KUA PPAS APBD 2026 Wabup Kampar Pimpin Rapat Persiapan Peringatan Hari Pahlawan 2025 Bupati Kampar Pimpin Entry Meeting Bersama BPK RI

Kampar

Disbunnakkeswan Kampar Pantau Penyakit Ngorok dan Berikan Vaksinasi SE

badge-check


					Disbunnakkeswan Kampar Pantau Penyakit Ngorok dan Berikan Vaksinasi SE Perbesar

KAMPAR – Belakangan ini sering muncul penyakit hewan ngorok yang sering menjangkit di hewan ternak Kerbau.

Oleh sebab itu, Dinas Perkebunan, Peternakan, dan Kesehatan Hewan Kabupaten Kampar terus melakukan pemantauan dan memberikan vaksinasi Penyakit Septicaemia Epizootica (SE) atau penyakit “ngorok”.

“Di Kabupaten Kampar SE/Ngorok sering terjadi pada kerbau. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida yang menyerang sapi, kerbau, dan hewan ruminansia lainnya. Penyakit ini bersifat akut dan sangat fatal,” ungkap Kadisbunnakkeswan Kampar Marahalim, S.Pt melalui Plt. Kabid Keswan Azto, S.Pt kepada media, rabu (9/10/2025).

Lebih lanjut, Azto menjelaskan bahwa penyakit SE ini memiliki gejala utama berupa suara ngorok karena peradangan di saluran pernapasan, demam, gemetar, dan seringkali menyebabkan kematian dengan cepat.

“Itulah kami melakukan pencegahan dan pengendalian dengan cara vaksinasi. Ini merupakan langkah paling efektif, vaksinasi secara rutin setahun sekali pada saat tidak ada kejadian penyakit,” ujarnya.

Selain itu, jika hewan yang terjangkit Ngorok, Azto menyebut agar hewan tersebut di Isolasi dan pengandangan, dnegan cara melarang memasukkan hewan dari daerah yang terjangkit penyakit dan mengandangkan ternak untuk mencegah kontak langsung.

“Harus disinfeksi, melakukan desinfeksi pada kandang, tempat makan dan minum, serta lingkungan sekitar. Kemudian dilakukan pembatasan mobilitas untuk membatasi aktivitas jual beli hewan ternak dari daerah lain,” jelas Azto.

“Selanjutnya dilakukan pengobatan dengan antibiotik bisa efektif jika dilakukan sejak dini, namun penyakit ini berkembang sangat cepat dan seringkali sudah terlambat saat gejala klinis muncul,” ujarnya mengakhiri.